Kamis, 12 September 2013

7 kelebihan dan 7 kekurangan aceh

Tugas perdana mata kuliah IMF
Provinsi Aceh memiliki persentase penduduk miskin yang  tinggi  dibandingkan dengan daerah lain di indonesia. Untuk Provinsi Aceh jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk tercatat 4,48 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang lebih banyak dibanding Papua, persentase tingkat kemiskinan juga masih cukup tinggi. Provinsi Aceh menempati peringkat ke-7 dengan persentase angka kemiskinan mencapai 20,98 persen. Tingkat kemiskinan di aceh masih lebih tinggi dibanding Bangka Belitung yang besarnya adalah 18,94 persen, Persentase penduduk miskin Provinsi Aceh pada bulan Maret 2011 sebesar 19,57%. Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 20,98%, berarti persentase penduduk miskin turun sekitar 1,41%. Penurunan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan yaitu masing-masing 1,67% dan 0,96%.
Penurunan jumlah penduduk miskin ini diduga karena terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh sebagian besar perekonomian sudah mulai bergairah kembali khususnya sektor pertanian. Hal ini berkaitan dengan pemberian bantuan pemberdayaan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin oleh pemerintah maupun lembaga nonpemerintah. Kita dapat melihat APBD Aceh tahun 2010 yang mencapai RP 6.244.669.139.164,00 dan APBD Aceh tahun 2011 meningkat sebesar Rp 7.089.389.677.661,00, yang hanya mampu menekan angka kemiskinan sebesar 1,41%. Dari itu kita dapat menilai dimana kita bisa berpikir bahwa aceh sangat kaya akan penghasilan maka dari itu kejadian ini jangan terus terulang agar kita dapat membangun aceh ini lebih baik kedepannya, maka diperlukan peran pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di aceh.


Provinsi Aceh pada tahun anggaran 2012 kembali mendapatkan dana cukup besar. Jumlah total APBN tahun depan yang dialokasikan pemerintah pusat untuk pemerintah provinsi sebesar Rp27,477 triliun. Dengan dana sebesar itu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas belanja, dengan memastikan bahwa dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan yang memiliki nilai tambah besar bagi masyarakat. Dengan memiliki cukup besar sumber daya alam yg melimpah aceh mampu meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, hal itu perlu perhatian khusus dari pemerintah pusat mau pun pemerintah daerah agar masyarakat bisa mengembangkang semaksimal mungkin sumber daya alam yang berada disekitar meraka tinggal. Untuk sektor pertanian saja aceh memiliki potensi yang sangat bagus untuk bercocok tanam, dengan demikian pemerintah bisa memamfaatkan penduduk yang berada di pedesaan untuk bercocok tanam guna meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Selain itu juga potensi laut yang dimiliki aceh sangat luas dan itu mampu mendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan, maka dari itu pemerintah harus memamfaatkan APBA secara merata agar kemiskinan di aceh dapat teratasi dengan baik.







Senin, 09 September 2013

Kerajaan Samudera Pasai

Sejarah

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.
Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar
Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.
Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

Silsilah

1. Sultan Malik al-Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Ahmad Laidkudzahi
4. Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
5. Sultan Shalahuddin (1405-1412 M)

Periode Pemerintahan

Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M.

Wilayah Kekuasaan

Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.

Kehidupan Sosial-Budaya


Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.

Sumber


BAB 14 Ringkasan_Sistem Informasi Manajemen

BAB 14 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Nama  : Teuku Larmanda NPM    : 1701202010035 MK                  : SIM                         :...